Naska Drama Hari Raya Orang Kristen
"Akulah kebangkitan
dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yohanes 11:25-26)
Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar
Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen
(Drama Paskah Satu
Babak)
PEMAIN
1.
Seseorang (Penjual
Salib)
2.
Pria
3.
Pemuda
4.
Manajer
5.
Si Kaya
NASKAH
Panggung dalam keadaan
kosong, tanpa dekor apa pun. Terdengar suara hiruk-pikuk seperti di jalan
ramai.
Seorang lelaki setengah
baya muncul dari kanan panggung sambil membawa sebuah tas perjalanan dan
beberapa buah salib dengan berbagai ukuran, besar sekali, besar, sedang, dan
kecil.
Seseorang:
"Aaaah ... lelah
sekali rasanya, setelah menempuh perjalanan yang jauh. Saudara-saudara,
bolehkah saya numpang beristirahat sejenak di sini? Saya berasal dari negeri
yang jauh, sepanjang perjalanan, saya telah menawarkan salib. Banyak orang
telah mengambilnya, dari ukuran yang besar sampai yang kecil dengan berbagai
alasan. Tentu saja yang kecil yang paling laris, saya tidak tahu mengapa
begitu. Dan anehnya, yang paling besar ini, sampai sekarang belum ada
peminatnya. Barangkali di antara Saudara ada yang berminat? Ayo, salib, salib.
Siapa yang mau, silakan datang dan pilih sendiri. Ayo, tidak usah bayar alias
gratis!
Nah, itu ada seseorang
sedang menuju ke mari, coba saya tawarkan dia. Selamat pagi, Pak. Maukah Bapak
mampir sejenak untuk memilih sebuah salib?"
Pria:
"Maaf. Saya sedang
terburu-buru, saya tidak mempunyai cukup waktu untuk urusan seperti ini, lain
kali saja. Ngemis kok di sembarang tempat, huh!" [Sambil beranjak pergi.]
Seseorang:
"Sungguh kasihan.
Ia tidak tahu, betapa pentingnya salib bagi hidupnya. Apakah tidak ada
seseorang yang pernah memberitahukannya?"
Pemuda:
"Permisi! Bolehkah
saya meminta sebuah salib, Pak?"
Seseorang:
"Oh, tentu saja,
tentu saja boleh!"
[Kepada Penonton]
"Ini baru kejutan! Belum ditawari, sudah meminta!"
"Ayo, silakan Dik,
pilih mana yang kau suka! Gratis, lho ..."
Pemuda:
"Gratis?"
[Seseorang menganggukkan
kepalanya, Pemuda memilih-milih salib, lalu mengambil salib terbesar kedua.]
"Ah, kukira yang
ini cocok untukku!"
Seseorang:
"Mengapa
begitu?"
Pemuda:
"Pertama-tama, tentu
saja karena gratis, maka kupilih yang cukup besar. Kedua, aku masih muda, masih
mampu memikul salib yang besar. Lagipula, sangat membanggakan rasanya, di
mana-mana orang dapat melihat salib yang kubawa. Yah, aku pilih yang ini
saja!"
Seseorang:
"Tunggu dulu! Kalau
begitu, mengapa tidak kaupilih yang paling besar saja?"
Pemuda:
"Waaah .... Kalau
yang itu terlalu berat untukku. Lagipula, kayunya kasar dan tampak buruk lagi!
Ah, sudahlah, aku pilih yang ini saja. Boleh kan?"
Seseorang:
"Oh, boleh, boleh ...
Sangaaat ... boleh! Silakan kau ambil yang itu saja!"
Pemuda:
"Terima
kasih!" [Berlalu sambil membawa salibnya.]
Seseorang:
"Haaaahh ..."
[Menarik napas panjang.] "Di mana-mana anak muda selalu sama, semangat
tinggi, ingin selalu menonjol, tapi ... takut, kalau diberi tanggung jawab yang
lebih besar. Haaaaahhh ..."
Manajer:
[Masuk dari kiri
panggung, berdasi, membawa tas kantor, seorang eksekutif muda] "Lho, kok
pagi-pagi sudah mengeluh panjang pendek, ada apa ini?"
Seseorang:
"Oh, tidak, tidak,
saya sedang latihan ilmu pernapasan! Apakah Saudara juga berminat dengan
salib-salib ini?"
Manajer:
"Salib? Wah,
kebetulan sekali. Saya memang sedang mencari-cari salib yang cocok untuk
saya."
Seseorang:
"Maksud
Saudara?"
Manajer:
"Begini! Sebagai
seseorang yang sedang memperoleh karir yang baik, saya membutuhkan sebuah salib
yang cocok yang dapat mewakili keberadaan saya."
Seseorang:
[Menunjuk pada salib
yang paling besar.] "Kalau begitu, salib yang besar itu pasti cocok untuk
menjadi simbol kehebatan Saudara! Bukankah begitu?"
Manajer:
"Oh, bukan, bukan
itu maksud saya!"
Seseorang:
"Lalu, bagaimana
maksud Saudara yang sebenarnya? Coba katakan!"
Manajer:
"Bukan maksud saya
untuk memilih sebuah salib besar yang dapat melambangkan kehebatan saya! Bukan,
sama sekali, bukan!"
Seseorang:
"Lantas,
bagaimana?"
Manajer:
"Justru,
sebaliknya. Saya menginginkan sebuah salib yang fleksibel. Yang mudah diajak
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi saya. Jadi, sebuah salib yang
sedang besarnya dan cantik penampilannya."
Seseorang:
"Yang sedang
besarnya, banyak, yang cantik penampilannya, banyak, yang bisa dua-duanya yah
cuma ini!" [Menunjuk salib yang sedang.]
Manajer:
[Mengambil dengan
antusias.] "Ini yang gue cari ...!"
Seseorang:
"Huss! Seperti
iklan saja!"
Manajer:
"Oh iya, lupa! Oke,
saya ambil salib yang ini saja! Cantik penampilannya, besarnya pun sedang.
Mudah terlihat pada saat diperlukan, sesuai dengan jabatan dan kedudukan saya,
mudah pula disembunyikan bilamana membahayakan karir saya. [Membuka tas dan
memasukkan salib.]
Seseorang:
"Oooh ... begitu
...." [Mengangguk-anggukkan kepala] "Pintar sekali Saudara ini!"
Manajer:
"Yaah ... bukankah
Tuhan mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti ular, ya itulah yang
kulakukan!"
Seseorang:
"Oooh ...."
[Sambil terus mengangguk-anggukkan kepala.]
Manager:
"Oke, terima kasih,
Pak untuk salibnya ini. Permisi."
Seseorang:
[Seperti tersentak dari
lamunan.] "O, ya ... ya ... ya ... silakan, silakan."
[Manajer berlalu.]
Seseorang:
[Menggumam sendiri.]
"Cerdik ... se ... per ... ti ... u ... lar, cerdik seperti ular, cerdik
sep ... [Membuka-buka kitab yang dibawanya.] Ah, ini dia ... cerdik seperti
ular dan tulus seperti merpati. Hei, hei, hei ...! Merpatinya ma ... na
...!"
Si Kaya:
[Berdasi, memakai setelan
jas, dan segala atribut yang menunjukkan kekayaannya, masuk langsung
menghampiri Seseorang.] "Saya dengar Saudara mempunyai koleksi berbagai
macam salib."
Seseorang:
"Betul, Pak ...
betul!" [Dengan sikap hormat.]
Si Kaya:
"Tolong carikan
sebuah yang pas untuk saya. Berapa pun akan saya bayar." [Mengeluarkan
seikat uang kertas.]
Seseorang:
"Tidak, tidak
perlu! Bapak tidak perlu membayar sepeser pun. Salib ini diberikan dengan
cuma-cuma, asal saja Bapak mau memilikinya!"
Si Kaya:
"Kalau begitu,
ambil saja uang itu untukmu. Terserah mau kamu apakan!"
Seseorang:
"Terima kasih, Pak,
terima kasih. Bapak seorang yang sangat dermawan. Nanti uangnya akan saya
berikan kepada mereka yang membutuhkannya. Sekali lagi terima kasih, Pak!"
Si Kaya:
"Tidak apa-apa. Ayo,
mana salibnya?"
Seseorang:
"Saya kira ...
[Memandang sejenak ke Si Kaya, lalu ke arah salib, beberapa kali.] Ah, yang ini
... [Mengambil salib paling besar.] Sangat cocok untuk Bapak!"
Si Kaya:
"Apa?! [Terkejut.]
Sebesar dan seburuk itu? Tidak, tidak, jangan paksa aku untuk memikul salib
sebesar dan seburuk itu! Aku tidak akan sanggup!"
Seseorang:
"Silakan bapak
pilih sendiri, salib yang bapak suka."
Si Kaya:
[Melihat-lihat dan
menimbang-nimbang salib yang ada.] "Nah, yang ini saja!" [Mengambil
salib yang paling kecil dengan gembira.]
Seseorang:
"Sekecil itu?"
Si Kaya:
"Yah, aku kira yang
ini paling cocok untukku, kecil dan praktis. Untuk seorang businessman seperti
aku yang selalu sibuk, tidak akan cukup waktuku jika harus memilih salib yang
besar-besar."
Seseorang:
"O,ya?
Begitukah?"
Si Kaya:
"Ya, salib yang
besar kan cocoknya untuk mereka yang masih muda dan punya banyak waktu. Kalau
bagiku, hanya bikin repot saja. Enak yang seperti ini (Memperlihatkan salib
yang kecil) "Cilik yo ...!" Ah, maaf saya tidak punya lebih banyak
waktu lagi, saya harus segera berangkat ke luar negeri. Sampai jumpa. [Keluar.]
Seseorang:
"Benarkan
Saudara-saudara. Seperti yang saya katakan pada awal saya baru tiba tadi.
Ternyata di sini pun tidak ada yang berminat dengan salib yang besar dan buruk
itu. Lalu ke mana lagi saya harus menawarkannya? Saya sudah lelah, terus
memikulnya kian kemari. Haruskah saya terus memikulnya sendirian? Atau begini
saja, salib ini saya titipkan saja di sini, barangkali saja suatu hari nanti
ada yang berminat. Atau, barangkali di antara saudara-saudara ada yang ingin
memikulnya? Maaf, saya harus berangkat lagi. Terima kasih, telah memperbolehkan
saya beristirahat sejenak di sini. Permisi! Sampai jumpa! Seseorang berjalan
keluar diiringi musik yang meriah. Disusul suara hiruk-pikuk seperti di jalan
raya. Selesai!"
- Salib Kristus adalah sebuah beban, sama seperti jangkar pada perahu atau sepasang sayap pada burung. - Samuel Rutherford -
- Tidak ada penerima mahkota di sorga yang bukan seorang pemikul salib di dunia. - Charles Haddon Spurgeon -
- Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan menghasilkan apa-apa. - John Henry Jowett -
Comments
Post a Comment
komentar